Kita akan belajar bagaimana Abraham menjadi sahabat Allah. Dalam Yohanes 15:15, kita disebut sebagai sahabat Allah. Dalam Kristus kita boleh menjadi sahabat Kristus melalui apa yang Dia kerjakan bagi kita. Dalam Perjanjian Lama, Abraham adalah satu-satunya orang yang disebut sebagai sahabat Allah. Dalam Perjanjian Baru, kita semua yang sudah ditebus menjadi sahabat Kristus. Setelah kegagalan Abraham dan Abraham bertobat dari kesalahannya, Tuhan menampakkan diri kepadanya. Dia makan di rumahnya dan Dia berinteraksi akrab dengan Abraham. Kita perlu menyadari ini adalah anugerah yang besar, Dia adalah Allah yang begitu besar, pencipta langit dan bumi, Dia boleh menjadi sahabat Abraham dan juga sahabat kita. Meskipun Allah itu roh dan kita tidak bisa lihat dengan mata kita, bukan berarti Dia tidak real, kita boleh alami kehadiranNya, kekuasaanNya, penyertaanNya. Kita akan belajar apa artinya kita sebagai sahabat Allah melalui Abraham, pertama kita melihat konteksnya, ada 3 orang misterius yang datang ke rumah Abraham di hari yang panas terik. 1 orang adalah Kristus yang menampakkan diriNya kepada orang-orang tertentu dalam Perjanjian Lama (Kristofani) sebelum Kristus datang sebagai daging dalam Perjanjian Baru, dan 2 orang lagi adalah malaikat. Ini menjadi kontras antara apa yang dikerjakan Abraham dan apa yang nanti dikerjakan Lot di Sodom waktu didatangi 2 orang malaikat. Abraham segera mempersiapkan dan memberi tamunya makan, Abraham siap melayani mereka. Abraham memberi rasa aman, rasa damai dan menyambut tamunya dengan sukacita sedangkan nanti 2 malaikat yang mendatangi Lot di Sodom, mereka justru masuk dalam bahaya, dalam kekacauan dan kengerian yang akan mereka hadapi. Hospitality dari Abraham menjadi antithesis dari apa yang Lot kerjakan nanti di pasal selanjutnya. Tidak jelas di titik mana Abraham sadar tamunya ini bukan orang biasa, kita tidak tahu kapan dia mulai sadar tetapi mungkin cukup awal karena di ayat ke-3 dapat dimengerti dia memanggil Tuhanku, my Lord, dan yang pasti di ayat ke-10 dia sudah sadar ini bukanlah orang biasa, ini adalah Tuhan. Sebelumnya ada janji keturunanmu akan menjadi banyak, tetapi belum tahu kapan akan diberikan, dan waktu Tuhan mengatakan hari ini tahun depan Sara istrimu akan mempunyai anak laki-laki, ini sesuatu yang hanya Tuhan bisa lakukan. Dari sini kita melihat Abraham sebagai sahabat Allah, Tuhan mengkonfirmasi janjiNya dengan lebih pasti, tahun depan janji Tuhan pasti akan terjadi, ini sekaligus janji yang luar biasa dan juga ujian untuk Abraham dan Sara, apakah betul-betul ini akan terjadi tahun depan? Semakin specific, akan semakin berat kita menantikan janji itu karena Sara menjadi takut untuk percaya. Kalau tidak terjadi hari ini tahun depan maka akan kecewa, sedih, dan kalau harapannya sudah tinggi lalu tidak terjadi itu akan menjadi susah sekali. Inilah kenapa orang-orang tidak berani berharap karena kalau pengharapannya tidak terjadi, itu menjadi kesedihan yang terlalu banyak.
Prinsip yang akan kita belajar hari ini, Tuhan lebih mengetahui dosa dan kebobrokan kita. Karakter pertama dari orang Kristen yang sejati dalam Khotbah di bukit adalah berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, dia sadar tanpa Tuhan dia akan binasa, dia tidak bisa melakukan apa-apa, karena itu dia berseru kepada Tuhan. Dalam ayat selanjutnya dikatakan berbahagialah orang yang rendah hati, ini berkaitan dengan manusia, bukan dengan Allah. Orang Kristen yang sejati adalah orang yang menyadari dia adalah orang yang miskin, tidak berdaya, rusak di hadapan Tuhan sehingga waktu orang mengkritik, kita akan mengatakan apa yang engkau kritik itu tidak seberapa, saya jauh lebih rusak dari apa yang engkau katakan. Tuhan tahu dosa kita, jauh lebih dalam daripada kita atau orang lain tahu. Kita harus menyadari Tuhan tahu dosa dan kerusakan kita tetapi Dia juga memberi anugerah jauh melampaui dari apa yang kita kira. Tidak ada yang layak, tidak ada apapun yang boleh kita terima tetapi Tuhan memberi kita anugerah yang begitu besar. Ketika kita sadar kita orang yang miskin, tidak berdaya tanpa anugerah Tuhan, itulah satu-satunya orang yang berbahagia karena Tuhan menyatakan anugerahNya yang melampaui dosa-dosa kita. AnugerahNya lebih besar daripada dosa-dosa kita, karena itu kita bersyukur karena kita sebagai orang-orang berdosa Tuhan memanggil kita karena anugerahNya semata-mata, menyelamatkan kita dan menjadikan kita sahabat Kristus. Dia adalah Tuhan yang penuh anugerah, Dia mau kita datang kepada Tuhan. Kadang kita berpikir kita harus mempunyai iman yang besar agar Tuhan menjawab doa kita, tetapi Tuhan Yesus katakan tidak, Tuhan mengatakan kalau engkau mempunyai iman sebesar biji sesawi, biji yang sangat kecil, engkau bisa berkata kepada gunung pindahlah maka gunung akan pindah, ini mau menegaskan bukan iman yang besar yang memindahkan gunung tetapi iman yang kecil saja, iman yang sederhana kepada Tuhan yang besar, Tuhan yang penuh anugerah. Bukan karena iman kita, tetapi karena iman kita kepada Allah yang besar yang tidak pernah gagal akan janjiNya, kita beriman kepada janji Tuhan di dalam kegalauan, ketidakpastian, kebingungan, kita mau terus datang kepada Tuhan. Anak-anak Tuhan yang sejati bukan yang tidak pernah berbuat dosa, kita sering berbuat dosa tetapi ketika Firman Tuhan datang melalui segala cara, waktu ada yang menegur saudara dan saudara tertegur seperti melalui khotbah, waktu Tuhan menegur kita, kita boleh bertobat dan sadar Tuhan itu penuh anugerah, datanglah kepada Dia.
Tuhan menyatakan rencanaNya kepada Abraham, Dia membukakan apa yang akan Dia lakukan terhadap Sodom kepada Abraham, menjadi sahabat Kristus adalah tanggung jawab yang besar (ayat 17-19). Abraham dipilih dan dijanjikan janji yang besar supaya Abraham menjadi sahabat yang setia dan hidup dalam kebenaran dan keadilan, bukan karena Abraham sudah hidup dalam kebenaran dan keadilan. Ketika Abraham menerima anugerah yang besar itu, dia harus menjadi berkat bagi orang-orang di sekelilingnya. Pilihan Tuhan menjadi dasar ketaatan dan iman Abraham. Dalam pemeliharaan Allah, salah satu sarana untuk memanggil kita menjadi orang yang taat kepada Tuhan adalah melalui orang tua kita. Orang tua yang mengajar, mengasihi dan mendisiplin anak-anaknya dalam Tuhan. Peran ayah sangat krusial, ini adalah priviledge dan tanggung jawab yang besar untuk para ayah. Biarlah kita sebagai orang tua sehati dan berjuang mendidik anak-anak kita, yang bertanggung jawab adalah orang tua, kita bekerja sama dengan gereja, sama-sama mendidik walaupun gereja sangat terbatas. Tuhan percayakan anak-anak kita yang bertanggung jawab terutama ayah dan ibu, biarlah kita mengasihi dan menjadi teladan karena pengaruh kita sangat besar dan membentuk mereka secara luar biasa. Inilah yang Tuhan inginkan bagi Abraham, menyatakan anugerah dan janjiNya dan Abraham dipimpin supaya dia mendidik anak-anaknya dan keturunannya untuk tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan dengan melakukan kebenaran dan keadilan, ini dikontraskan dengan keluarga Lot. Keluarga Lot menjadi orang yang meskipun dia adalah orang yang diselamatkan tetapi dia gagal mendidik keluarganya. Istrinya tidak mau meninggalkan Sodom, menantu Lot menganggap Lot sedang bercanda, putri-putrinya tetap punya pikiran duniawi dan membuat ayahnya mabuk dan tidur dengan ayahnya, menjadi keluarga yang hancur berantakan karena Lot yang tidak takut akan Tuhan, tidak sungguh-sungguh mendidik keluarganya mengikuti jalan yang ditunjukkan Tuhan. Biarlah kita belajar dari Abraham, kita boleh sungguh-sungguh mendidik dan memimpin keluarga kita menjadi keluarga yang hidup berkenan kepada Tuhan. Abraham yang disebut sahabat Allah juga adalah sahabat orang yang berdosa yang berbeda dengan Lot. Lot menjadi mirip dengan orang-orang yang berdosa di kota Sodom tetapi Abraham mengasihi orang berdosa, dia tidak ingin mereka dibinasakan akan dosa-dosa mereka. Dia bahkan berargumentasi dan berdoa kepada Tuhan, dari 50 sampai 10 berhenti dan Tuhan katakan kalau ada 10 orang benar di kota itu Aku tidak akan memusnahkannya. Abraham berhenti di 10 karena itu adalah jumlah minimal dimana orang Kristen bisa berdampak di suatu kota. Dalam Alkitab Perjanjian Lama, 10 orang adalah syarat minimal untuk mendirikan sinagoga, kalau tidak ada jangan bentuk. Dengan minimal 10 orang benar masih ada pengharapan orang-orang yang berdosa itu akan bertobat dan kembali kepada Tuhan. Akhirnya Abraham menyadari bahwa Tuhan itu adil dan benar karena bahkan 10 orang benarpun tidak ada di kota itu. Doa dari Abraham itu tidak sia-sia, doa kita Tuhan mendengar doa orang benar meskipun kita menyerahkannya kepada Tuhan yang adil dan benar, Dia berdaulat atas segala sesuatu. Kita mempelajari Abraham sebagai sahabat Allah dan kitapun disebut sebagai sahabat Allah, ini semua adalah semata-mata karena anugerah Tuhan dan kita mengerti anugerah ini karena anugerah ini dinyatakan melalui kematian dan kebangkitan Kristus yang memungkinkan kita disebut sahabat-sahabat Allah. Anugerah di awal menuntut ketaatan, waktu kita taat dan memegang janji Tuhan, ada anugerah di depan yang lebih besar lagi. Biarlah kita boleh hidup dalam pertumbuhan dari anugerah kepada anugerah dan kita dibentuk dari satu kemuliaan kepada kemuliaan yang lebih besar melalui ketaatan dan hidup dalam kehendak Tuhan.