Seringkali kita dapat melihat refleksi diri kita di dalam diri anak-anak kita, baik itu yang positif maupun yang negatif. Di dalam pengertian yang lebih luas, hidup Ishak di perikop ini mempunyai banyak kesamaan dengan hidup ayahnya, Abraham. Jika kita membaca hidup Ishak dan Yakub, sekali lagi kita melihat adanya kesamaan. Di dalam kehidupan yang ada mirip-miripnya ini, kita ditunjukkan bagaimana kesetiaan Allah dinyatakan dan dialami oleh generasi yang baru. Dengan kata lain Allah yang telah mengerjakan pekerjaan-pekerjaan besar di hidup Abraham adalah Allah yang sama yang juga dapat diandalkan di dalam masa sekarang, dalam tantangan yang baru, dan kehidupan yang baru.
1. Ribka dan Sarai
Tuhan telah berjanji kepada Abraham, bahwa keturunannya akan menjadi seperti pasir di laut dan bintang di langit, dan melalui Ishak inilah Tuhan berkata janji tersebut akan digenapi. Tetapi Ribka istrinya itu mandul, lalu bagaimana janji Tuhan akan terjadi? Apakah Tuhan sanggup menggenapi janjiNya ataukah Tuhan butuh sedikit “bantuan”? Sama seperti dalam cerita Hagar, yang merupakan kesalahan yang besar dari Abraham dan Sarai. Disini kita bisa melihat bahwa Abraham sebagai bapak orang beriman, menghadapi tantangan yang nyata dalam hidupnya. Sama seperti kita di jaman ini, saat kita menghadapi tantangan, terkadang kita berpikir mungkin perlu “membantu Tuhan”. Disaat kesulitan tiba, seringkali setan datang memberi tawaran jalan pintas yang tidak sesuai kehendak Tuhan. Tidak ada Hagar didalam hidup Ishak, tetapi di ayat 21 Ishak berdoa kepada Tuhan dan Tuhan mengabulkan doanya. Ishak berdoa 20 tahun lamanya, Ishak terus setia dan bergantung kepada Tuhan. Namun demikian, didalam kehidupan kita, setelah berdoa dan menunggu sekian lamanya, tidak selalu Tuhan akan memberi jawaban untuk pergumulan spesifik yang kita hadapi. Tetapi di dalam situasi seperti itu sekalipun, kita tahu dan harus memegang janji Tuhan karena Dia telah berjanji bahwa Dia tidak akan meninggalkan kita dalam menghadapi kesulitan apapun didalam dunia ini.
2. Yakub dan Esau
Pertarungan antara saudara merupakan tema yang sering muncul di dalam alkitab. Tetapi alasan sesungguhnya dari konflik ini, seperti di dalam cerita Esau dan Yakub, adalah pemilihan daripada Tuhan. Mereka yang hidup melawan Tuhan, yang tidak termasuk umat pilihan Tuhan, adalah orang-orang yang selalu akan berperang dengan umat pilihan Tuhan. Tetapi kita sekali lagi boleh mengingat bahwa didalam konflik ini, rencana Allah untuk memberkati umat pilihanNya tidak mungkin gagal. Meski keturunan ular akan melakukan segala cara dengan tipu dayanya, mereka tidak mungkin menang melawan Allah yang hidup. Dalam penetapan Tuhan bahwa Yakub akan menang terhadap Esau, bukan berarti Yakub lebih baik, tetapi ini semata-mata karena anugerah Tuhan. Demikianlah Tuhan beranugerah kepada kita semata-mata karena kedaulatan dan belas kasihanNya, bukan karena apapun dalam diri kita.
3. Israel dan Edom
Kita melihat Yakub telah mengambil jalan pintas setan, yang bekerja dengan memanipulasi karakternya. Yakub digambarkan sebagai orang yang single-hearted (ayat 27), berarti mempunyai fokus dalam mencapai tujuan hidupnya. Yakub memakai sifatnya itu untuk menipu ayahnya sendiri saat dia ingin diberkati. Kesalahan yang lebih besar tentu kita bisa lihat ada pada Esau, seharusnya Esau mengerti seberapa berharganya menjadi nenek moyang Mesias, tetapi dia menganggap remeh hak kesulungan itu. Bukankah ini menjadi peringatan yang serius bagi kita anak-anak Tuhan? Seberapa sering kita tidak mau membuang dosa demi kerajaan Allah? Ada kenikmatan-kenikmatan sementara yang sebentar saja yang kadang-kadang kita anggap lebih berharga daripada penyertaan Tuhan dan kehendak Tuhan. Kita juga melihat Yakub membayar harga yang mahal karena telah mengambil jalan pintas setan. Dia memang mendapat hak anak sulung dan berkat dari ayahnya, tetapi dia harus menunggu waktu yang sangat lama sebelum dia bisa menikmatinya. Janji setan itu terdengar enak, namun berakibat merusak. Jalan Tuhan terlihat sulit, tetapi kita tahu itu membentuk hati dan kita akan melihat penyertaan Tuhan akan ada didalam hidup kita.
Pada akhirnya Tuhan tidak meninggalkan Yakub dan melalui keturunannyalah datang sang juruselamat. Tetapi tidak seperti Yakub, anak dari Yakub itu, Yesus Kristus tidak menganggap hak kesulungannya. Dia yang adalah Allah, yang layak menerima segala pujian dari seluruh ciptaan dan malaikat di surga, Dia tidak menganggap kesetaraanNya dengan Allah, hak kesulungannya itu, sebagai sesuatu yang harus dipertahankan. Tapi Dia telah merendahkan diriNya, memberikannya dengan cuma-cuma kepada semua orang yang beriman dan percaya kepadaNya. Anak Yakub itu, Yesus Kristus itu, tidak memanipulasi dan tidak menggunakan orang lain untuk kepentingan diri sendiri, tapi dia mengambil rupa seorang hamba dan dalam keadaan sebagai hamba dia taat melayani sampai mati, bahkan mati di atas kayu salib. Anak Yakub, Yesus Kristus itu, menganggap hak umatnya sebagai anak-anak Allah, sesuatu yang telah diinjak-injak oleh kita dahulu, sebagai sesuatu yang sangat berharga sehingga dia rela membelinya dengan darahNya sendiri, supaya kita yang beriman percaya kepadaNya diberi hak menjadi anak-anak Allah.