Ini adalah cerita yang mengerikan tetapi cerita ini ada dalam Alkitab yang diinspirasikan oleh Allah, Firman yang dinafaskan oleh Allah berarti ini bermanfaat bagi kita untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakukan dan mendidik kita dalam kebenaran. Bagaimana kita hidup dalam dunia yang penuh dengan kejahatan dan tidak sedikit kejahatan yang terjadi di dunia ini dilakukan juga oleh mereka yang menyebut diri anak-anak Tuhan. Konteks dari pasal 33, Yakub dan keluarganya tinggal di Sikhem. Yakub dipanggil Tuhan dari rumah Laban untuk kembali ke tanah perjanjian kepada keluarganya, setelah itu kita pikir Yakub akan ke Betel tetapi ternyata dia menuju Sikhem yang hanya kira-kira 30km dari Betel. Kemungkinan dia ke Sikhem karena janji ekonomi, kenyamanan dan segala daya tarik dari kota itu. Ini menunjukkan ketaatan hati Yakub yang hanya setengah hati, tidak sepenuhnya taat kepada Tuhan. Ketaatan yang setengah hati tidaklah cukup. Tuhan ingin ketaatan yang total kepadaNya meskipun kita tidak sempurna, kita sering gagal menaati Tuhan tetapi Tuhan ingin hati kita sepenuhnya diserahkan kepada Tuhan dan jika dalam perjalanannya ada kegagalan, ada dosa di dalamnya, Tuhan akan menarik kita kembali dan Tuhan akan mengingatkan kita kembali sepanjang hati kita ingin benar-benar taat kepada Tuhan. Tetapi Yakub mendua hati, dia tidak sepenuh hati mengikut Tuhan, tidak sepenuh hati percaya kepada Tuhan bahwa rencana Tuhan adalah yang terbaik baginya dan itu tidak dikehendaki Tuhan.
Tuhan ingin kita sepenuh hati mengikut Dia. Kita seringkali gagal tetapi kita patut bersyukur kepada Tuhan, seperti Yakub berkali-kali gagal tetapi Tuhan tidak akan meninggalkan kita. Kalau kita adalah anak-anak Tuhan yang sejati, Bapa kita akan mendisiplin kita kalau kita salah, membawa kita kembali ke jalan yang benar. Kasih Tuhan tidak akan melepaskan kita karena Dia mengasihi kita anak-anakNya. Kejadian 34 terjadi ketika Dina tinggal di Sikhem dan ingin tahu budaya apa yang ada disini, dia ingin bertemu perempuan-perempuan lokal, tetapi dia malah bertemu anak raja negeri itu yang lalu mengambil dan memperkosa Dina. Setelah itu hatinya terpikat dan ingin menikahi Dina, konteks saat itu sebenarnya tawaran Sikhem ini lebih baik dan dia ingin memperbaiki kesalahannya. Yakub mendengar apa yang terjadi tetapi dia diam saja. Yakub digambarkan sebagai seorang yang pasif, diam sepanjang cerita ini. Anak-anak Yakub sakit hati dan mereka sangat marah. Ini adalah kemarahan yang wajar, yang benar karena memang apa yang dilakukan Sikhem itu jahat sekali. Apa yang harusnya mereka lakukan? Hemor ayah Sikhem menawarkan supaya mereka menjadi 1 komunitas yang besar. Apa yang ditawarkan Hemor sebenarnya adalah jalan pintas untuk Israel mendapat tanah perjanjian melalui perkawinan tetapi ini bukanlah apa yang Tuhan kehendaki bagi bangsa Israel. Tuhan tidak menghendaki umatNya bercampur dengan bangsa yang tidak mengenal Allah. Seharusnya ketika Hemor menawarkan Yakub untuk menjadi 1 bangsa yang besar, Yakub harusnya menolak dan menjelaskan alasan sesungguhnya apa yang Tuhan kehendaki dalam kehidupan Abraham dan Isak bukan dengan bercampur dengan bangsa-bangsa lain tetapi sebagai anugerah Tuhan untuk Israel. Dia harusnya menceritakan tentang Allah sehingga mereka boleh percaya kepada Allah yang sudah memimpin Abraham, Isak dan Yakub tetapi Yakub diam saja dan membiarkan anak-anaknya menjawab dengan tipu muslihat (ayat 13). Lebih parah lagi mereka memakai simbol agama untuk menipu orang-orang Sikhem karena sunat adalah simbol agama Yahudi, tanda umat Tuhan, tanda perjanjian antara Allah dan umatNya. Tetapi tanda yang sakral ini sekarang dipakai anak-anak Yakub untuk menipu Sikhem.
Banyak gereja-gereja yang hanya berbicara tentang kasih, kebaikan dan anugerah Tuhan, itu tidak salah karena memang Allah adalah Allah yang penuh kemurahan. Tetapi mereka salah dalam apa yang mereka tidak katakan karena Alkitab mengajarkan Allah murka terhadap dosa dan Dia menegur dosa dengan sangat keras. Tuhan bukan hanya Tuhan yang baik, penuh kasih tetapi juga yang adil, suci, Dia adalah api yang menghanguskan, Dia tidak pernah kompromi dengan dosa. Gereja kadang-kadang tidak berani bicara tentang murka Allah, menegur dosa karena takut menyinggung sehingga orang-orang tidak mau datang ke gereja tetapi itu adalah cara mengerti yang salah dan akibatnya menjadi salah. Gereja menjadi serupa dengan dunia karena dunia juga seperti itu, tidak berani menegur orang sehingga mereka meninggalkan gereja karena mereka merasa gereja mengikuti cara berpikir dunia ini.
Kita melihat kemunafikan anak-anak Yakub ketika mereka menjarah dan membunuh orang-orang Sikhem (ayat 27). Mereka marah dengan benar karena adik mereka dicemari tetapi mereka tidak sadar akan kesalahan yang mereka lakukan dengan mencemari diri mereka dengan menjarah dan mengambil anak-anak dan perempuan-perempuan Sikhem. Bagaimana respon Yakub disini ketika dia mengetahui semuanya ini? Seluruh kata-katanya mengkhawatirkan dirinya sendiri (ayat 30). Yakub tidak menyalahkan apa yang dilakukan anak-anaknya tetapi dia hanya takut akan akibatnya. Yakub hanya menegur anak-anaknya karena mereka melakukan blunder, taktiknya saja salah tetapi dia tidak menegur anak-anaknya karena mereka telah berdosa melawan Allah yang kudus. Kisah ini ditulis untuk menyatakan kepada kita kasih Tuhan yang begitu besar bagi Yakub dan anak-anaknya di tengah segala dosa, kelemahan, kebodohan yang dilakukan Yakub dan anak-anaknya tetapi Allah belum selesai, Tuhan akan memanggil Yakub kembali ke Betel. Di pasal 34 tidak dicatat ada Tuhan disini, baru pada pasal 35 Tuhan berfirman kepada Yakub untuk pergi ke Betel. Tuhan yang mengasihi umatNya tidak akan membiarkan umatNya terus menerus hidup dalam dosa dan Tuhan akan panggil lagi Yakub dan keluarganya.
Bagaimana kita menghadapi kejahatan yang begitu besar di dunia ini, kejahatan yang juga dilakukan oleh umat Tuhan? Cara dunia berpikir kita harus membalas kejahatan dengan kejahatan, itulah yang dilakukan anak-anak Yakub. Tetapi hanya ada 1 jawaban yang memperlakukan dosa dengan sangat serius tetapi yang tidak mengakibatkan kejahatan itu bertambah besar, di atas salib Kristuslah betapa seriusnya, betapa murka Allah dinyatakan dengan puncak kepada manusia tetapi bersyukur Tuhan tidak menyatakan murkaNya kepada kita semua yang sudah berdosa. Upah dosa adalah maut tetapi Tuhan tidak menyatakan mautNya, murkaNya itu dalam diri kita sendiri. Bagi kita yang beriman dalam Kristus, murka Allah itu dinyatakan dalam diri AnakNya yang tunggal. Dia yang tidak berdosa dijadikan berdosa karena kita supaya kita yang ada di dalam Dia boleh dibenarkan oleh Allah. Inilah satu-satunya jawaban yang bisa menghentikan kejahatan, di atas kayu salib itu karena Kritus telah menanggung kutuk hukum taurat. Kristus menanggung dosa manusia, menanggung murka Allah yang besar di atas kayu salib. Melalui kematianNya, biarlah semua kejahatan boleh berhenti melalui salib Kristus yang menanggung murka saudara dan saya. Kejahatan harus dihukum tetapi kasih, anugerah dan kebaikan Tuhan dinyatakan bagi kita yang ada di dalam Kristus sehingga tidak ada lagi penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus. Biarlah kita bersyukur, kita memuji Tuhan dan hidup kita boleh menyatakan keadilan, kesucian, sekaligus kasih dan anugerah Allah kepada orang-orang di sekeliling kita.