Worship in Heaven

Worship in Heaven

May 8, 2022

Series: New Testament

Book: Revelation

Bulletin Download
Notes Download

Bible Passage: Revelation 4:1-11

Di dalam pasal 2 & 3 kita melihat 7 gereja-gereja itu memiliki tantangan dan kesulitan yang berbeda-beda, ada gereja yang kehilangan kasih yang mula-mula, ada gereja yang mengalami aniaya dari penguasa yang menekan mereka, ada gereja yang akhirnya kompromi dengan ajaran sesat, kompromi dengan imoralitas tetapi ada juga gereja yang setia dalam kesulitan, tantangan dan tekanan yang mereka hadapi dan tetap taat kepada Tuhan meski mereka sangat lemah. Tuhan memberikan respon terhadap keadaan gereja yang berbeda-beda itu termasuk kepada gereja kita hari ini karena setiap bagian surat itu diakhiri dengan kalimat siapa bertelinga hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat, kepada gereja-gereja itu. Pasal 4 adalah vision yang Tuhan berikan kepada Yohanes, Yohanes melihat ibadah dari tua-tua, dari anak-anak Tuhan, segala suku bangsa datang untuk beribadah kepada Allah yang duduk di atas tahta itu dan kepada Anak Manusia yang duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Yang utama dari pasal 4 adalah Tuhan ingin mengajarkan kepada kita tentang ibadah yang terjadi di Surga yang harusnya menjadi refleksi ibadah kita hari ini. Ada 4 hal yang kita renungkan bersama-sama yang dinyatakan tentang ibadah.

Pertama, ibadah adalah detak jantung dari surga. Kitab Wahyu dari pasal pertama dikatakan Yohanes menerima wahyu ini saat dia beribadah seperti di hari Minggu ini dan di pasal keempat ini dikatakan Yohanes melihat pintu surga yang dibukakan untuk dia dan Yohanes diundang masuk oleh Anak Manusia, dia dikuasai Roh dan masuk melihat tahta di surga. Kitab Wahyu adalah kitab yang penuh dengan ibadah yang semakin besar, semakin besar sampai seluruh dunia memuji, meninggikan dan beribadah kepada Tuhan. Seharusnya ibadah kita boleh merefleksikan akan keindahan, keagungan, kemuliaan dari ibadah kita nanti di surga ketika kita bertemu muka dengan Tuhan. Karena itu sangat sedih jika ibadah orang Kristen terasa hambar, terasa setengah hati ketika kita datang beribadah kepada Tuhan. Ibadah itu menjadi indah, ibadah itu sungguh-sungguh memuliakan Tuhan banyak sekali tergantung kepada sikap hati kita, apakah kita datang siap untuk memuji Tuhan, datang untuk menghampiri tahta Tuhan yang mulia, agung itu? Apakah kita mempersiapkan diri untuk datang sungguh-sungguh beribadah atau ibadah itu kita rasa membosankan? Sikap kita datang waktu beribadah itu menentukan apakah ibadah kita berkenan kepada Tuhan dan memuliakan Dia. Sikap kita waktu beribadah juga menjadi kesaksian kita di tengah-tengah dunia ini. Ibadah itu bukan hanya khotbah, khotbah adalah sesuatu yang central tetapi ibadah bukan hanya khotbah, bukan hanya mendengar perkataan Tuhan tetapi seluruh dari awal hinggal akhir bahkan sebelum kita datang karena memang hidup kita adalah hidup yang beribadah kepada Tuhan. Ketika kita sungguh-sungguh menyembah Tuhan di dalam Roh dan kebenaran maka orang-orang yang datang, yang belum percaya kepada Tuhan, yang belum mengenal Tuhan mereka datang melihat kita beribadah mereka tahu Tuhan yang disembah adalah Tuhan yang begitu besar, yang begitu mulia, yang sangat mengasihi, yang begitu dekat dengan kita, yang begitu mulia tinggi di sana tetapi juga hadir di tengah-tengah kita.

Kedua kita melihat ibadah merupakan respon kita terhadap karakter dari Tuhan. Salah satu sebab ibadah kita dingin adalah karena kita tidak sungguh-sungguh mengenal Allah kita. Ayat 3-5 mengingatkan betapa mulia dan agungnya Allah itu. Kalau kita menyadari Dia adalah Allah yang besar, yang hidup, yang berdaulat atas segala sesuatu, Dia juga adalah Allah yang kudus, adil dan penuh belas kasihan kepada kita maka kita sadar bahwa Dia adalah Allah yang patut menerima pujian.

Ketiga, ibadah bukan hanya respon karena karakter Allah tetapi perbuatan Allah yang ajaib. Dia bukan hanya menciptakan kita, tetapi Dia juga menyelamatkan kita melalui AnakNya yang tunggal Yesus Kristus yang mati demi keselamatan kita. Tanpa Dia kita tidak akan ada, seluruh hidup kita bergantung kepada Dia. Kita ada hanya karena anugerah Tuhan saja.

Ibadah itu adalah satu respon yang holistic, seluruh tubuh kita, hati kita, pikiran kita, kehendak kita, seluruhnya. Kita harus menyembah Tuhan dalam Roh dan Kebenaran, ekspresinya bisa berbeda-beda. Ketika kita memuji dan memuliakan Tuhan kita mau focus akan apa yang paling berharga dalam hidup kita, kita menyatakan itu di hadapan Tuhan dan di hadapan orang lain, ketika kita beribadah kepada Tuhan kita juga dikuatkan iman kita di dalam kesulitan, pergumulan yang kita hadapi, kita beribadah dengan sungguh kepada Tuhan. Itu juga membentuk hati kita dan mengganti takut kita akan dunia ini menjadi percaya kepada Tuhan, iman kita dikuatkan. Biarlah ibadah kita menjadi hidup dan hidup kita menjadi ibadah yang memuliakan Tuhan.