Shepherds of the Flocks

Shepherds of the Flocks

February 4, 2024

Series: New Testament

Book: 1 Peter

Bible Passage: 1 Peter 5:1-4

Petrus berbicara kepada para penatua, gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu. Selain hamba Tuhan yang melayani penuh waktu disini, ada para pengurus, penatua dan pemimpin-pemimpin OSG, guru sekolah minggu, dan para pengajar. Prinsip-prinsip ini berlaku juga secara umum kepada para pemimpin di gereja ini dalam berbagai konteks. Bagi kita sekalian yang dipimpin, penting juga kita boleh mengerti apa yang Petrus ajarkan disini, apa yang menjadi motivasi, tujuan, pergumulan para pemimpin, kita juga boleh mengerti, turut berbagian dan berdoa bersama-sama. Kita tidak ingin pemimpin kita bekerja dengan berkeluh kesah, berbeban berat, kita ingin pemimpin kita melayani dengan sukacita, penuh kerelaan dan kesungguhan. 3 hal penting yang perlu kita ketahui konteksnya, pertama adalah istilah penatua, penatua itu adalah juga gembala. Di konteks di Australia, pastor itu bisa dimengerti sebagai gembala. Dalam gereja kita ada yang disebut penatua awam dan ada penatua pendeta, tetapi sama-sama penatua yang menjadi pemimpin gereja. Kedua adalah para penatua ini adalah gembala yang juga disebut sebagai penilik jemaat. Ini juga salah satu tugas gembala. Ini adalah orang yang memperhatikan dan menjaga domba Tuhan dari musuh. Ketiga, kita adalah bagian dari umat Tuhan yang turut menderita bersama-sama Kristus dan itu menyatakan kita adalah milik Tuhan, kita ada di dalam Kristus, kalau kita menderita karena nama Kristus maka kita bersukacita karenaNya. Kalau kita berbagian dalam penderitaanNya, kita juga pasti akan berbagian dalam kemulianNya. Petrus menjalankan apa yang dia perintahkan ini, misalnya ayat 3, dia juga menjadi teladan dan ketika dia mengatakan dia adalah saksi penderitaan Kristus (ayat 1), bukan hanya dia hidup bersama Kristus, bagaimana Kristus hidup, dianiaya, disalib, bukan hanya dia menjadi saksi penderitaan Kristus tetapi melalui hidupnya, melalui perkataannya, aku menjadi saksi Kristus, aku mengalami bersama-sama dengan umat Tuhan yang lain penderitaan Kristus. Dia memimpin umat Tuhan di dalam nyala api yang memurnikan umat Tuhan. Kita selamanya adalah seorang pengikut, siapapun dia, pendeta, gembala, semuanya adalah pengikut Kristus. Kristus adalah gembala agung jiwa kita. Dia yang memberi teladan, menjadi pemimpin kita, memimpin umatNya untuk mengikut Kristus. Dia sendiri memikul salib, Dia sendiri mati dan pada akhirnya dipermuliakan. Kita harus sadar kita semua adalah pengikut Kristus dan kita bukanlah pemilik jemaat.

3 hal yang Petrus ajarkan dalam bagian ini, yang pertama pemimpin bukanlah memimpin dengan terpaksa tapi dengan rela (ayat 2). Tuhan tidak ingin saudara melayani dengan terpaksa. Kita harus belajar memaksa diri untuk rela dan rela untuk memaksa diri. Kita perlu belajar mengerti jika ini adalah kehendak Tuhan, maka ada waktu kita minta pertolongan Tuhan, minta kekuatan Tuhan memaksa diri untuk rela, sadar ini adalah kehendak Tuhan supaya aku rela melayani. Allah pencipta segala sesuatu, Dia rela mengirim AnakNya yang tunggal, Tuhan tidak pernah melakukan semua hal yang berat, bahkan sampai AnakNya yang tunggal mati di kayu salib melakukannya dengan terpaksa, tetapi muncul dari kerelaan hatiNya, kasih yang besar yang melimpah. Bapa rela mengirim AnakNya yang tunggal, Yesus rela datang ke dalam dunia menjadi manusia, Dia rela taat seumur hidupNya, Dia rela menderita bagi kita, Dia rela mati bagi kita, Dia rela melakukan itu semua, mengapa? Karena kasih Tuhan yang begitu besar dan kasih itu adalah kasih yang sudah kita alami. Kalau kita sudah mengalami kasihNya, jika kita makin mengerti, semakin hati kita rela. Kalau kita tidak rela, kalau kita terpaksa maka kita perlu bertumbuh lebih dalam, perlu kembali kepada Firman, perlu mengenal Tuhan, perlu berdoa minta Tuhan supaya kita memiliki hati yang rela, bukan dengan terpaksa. Kalau semua diatur dengan terpaksa maka kita akan jatuh kepada legalisme seperti orang Farisi seperti tindakannya semua benar, harus terus bekerja, berkorban lebih banyak. Tetapi kalau hati kita tidak siap, hati kita tidak mengenal Tuhan dan saudara melakukan semua itu dengan terpaksa maka itu menjadi legalistik dan Tuhan musuh kepada legalistik, Tuhan marah kepada orang-orang Farisi, diluarnya bagus tetapi dalamnya bau busuk karena hatimu tidak mengasihi Tuhan, engkau melayani dengan terpaksa. Di sisi lain, sukarela bisa sangat dekat dengan antinomianisme. Jadi serelanya saya, tidak dipaksa-paksa, maka semua bisa kacau karena tanpa peraturan. Ini 2 hal yang kita perlu jaga, jangan jatuh kepada keduanya, Tuhan juga musuh antinomianisme. Tuhan tidak mengatakan barangsiapa mau mengikut Aku, terserah caranya, tidak. Tuhan mengatakan barangsiapa mau mengikut Aku, dia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari kalau tidak kamu tidak layak menjadi muridKu. Tuhan membentuk kita jangan terpaksa melayani tetapi dengan rela, bagaimana bisa rela kalau hatinya terpaksa? Kita mohon anugerah Tuhan, belas kasihan Tuhan, kembali kepada Injil, semakin mengalami kasih Allah, semakin mengerti Tuhan adalah lebih berharga daripada segala sesuatu bahkan lebih berharga dari hidupku.

Kedua, bukan mencari keuntungan tetapi dengan pengabdian diri. Secara khusus ini berbicara tentang keuntungan materi, tentu mendapat gaji tidak salah tetapi kalau motivasi pelayanannya karena uang dan kemudian memanfaatkan jemaat untuk memperkaya diri. Firman Tuhan justru sebaliknya, uang itu alat, dipakai demi mengasihi orang, demi membangun, boleh mendidik, menegur, menguatkan iman dari domba-domba milik Tuhan. Keuntungan ini bukan hanya tentang uang, tetapi juga keuntungan kuasa, untuk dihargai, supaya terlihat hebat, ini menjadi peringatan bagi kita sekalian.  Biarlah kita melayani dengan penuh pengabdian diri untuk kebaikan dan pertumbuhan dari umat Tuhan yang dipercayakan kepada kita. Ketika domba-domba milik Tuhan hidup dalam kebenaran dan mereka hidup saling mengasihi biarlah itu menjadi motivasi kita yang melayani.

Ketiga, bukan memerintah, menguasai tetapi memberi teladan (ayat 3). Ini adalah peringatan terhadap kesombongan, kalau poin pertama adalah peringatan terhadap kemalasan, poin kedua adalah peringatan terhadap keserakahan. Kesombongan adalah tidak menyadari semua yang kita miliki berasal dari Tuhan dan tidak sadar kita tidak bisa berbuat apa-apa tanpa Kristus. Ini adalah peringatannya. Apa artinya? Petrus ketika kesulitan tiba, Petrus berada di depan dan memimpin umatnya dan menjadi teladan masuk ke dalam pengudusan, pemurnian yang Tuhan inginkan bagi semua umat Tuhan. Biarlah kita sebagai pemimpin mengerti panggilan Tuhan ini, kita menjadi teladan, kita tidak mencari keuntungan dalam pelayanan tetapi penuh pengabdian diri, kita tidak melakukan dengan terpaksa tetapi dengan rela. Biarlah kita ingat pelayanan kita yang kita kerjakan perlu ada perspektif kekekalan dengan mata memandang Tuhan, sadar akan kasih Tuhan, anugerah Tuhan yang besar sekaligus anugerah yang lebih besar waktu kita bertemu muka dengan muka dengan gembala agung jiwa kita, kita akan menerima kemuliaan Kristus dan bersama-sama Kristus kita akan memerintah bersama-sama Dia. Paulus mengatakan semua penderitaan sekarang tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang Tuhan sediakan bagi kita waktu Dia datang kedua kalinya. Ketika kita melakukan dengan cara demikian ada banyak penghiburan, ada banyak sukacita, ada banyak kekuatan dalam perjalanan itu. Kasih Tuhan akan kita alami dari saudara-saudara seiman. Kita mengalami anugerah Tuhan dari saudara-saudara seiman tetapi fokusnya kepada Tuhan, kepada salib, kepada masa depan dan itu akan memberi kekuatan kepada kita melayani, berjuang terus di tengan-tengah dunia melakukan kehendakNya.